Karena Mimpi Terbesarku adalah Menjadi Bagian dari Mimpimu. (Dinn, 2018)
|
Negeri Sakura, 2014 |
Bicara tentang seorang perempuan, jangan pernah memberikannya pilihan, karena dia takkan pernah bisa untuk memilih sendirian, selalu membutuhkan ada yang mempercayakan dan meyakinkan untuk sebuah pilihan yang 'menyulitkan'.
Seperti Hanum, yang sejak awal selalu dihadapkan dengan berbagai macam pilihan.
Dan membuatku tertarik untuk menuliskan :D
Hanum. Adalah gambaran dari perempuan pada umumnya menurutku. Perempuan yang kompleks dengan segala keunikannya. Perempuan dengan segala mimpi-mimpinya, dengan egonya, dengan ambisinya, dengan betapa sensitifnya ia, dengan mengutamakan perasaan daripada logikanya, dengan kekuatannya, dan dengan ketidakberdayaanya.
Di tengah karakter Hanum yang 'keras' dan 'berambisi' dalam menggapai mimpi. Rangga hadir untuk melengkapi. Menjadi suami yang sangat memahami karakter sang istri. Rangga yang rela menepis Egonya demi Hanum. Merelakan ga balik dulu ke Vienna demi mimpi Hanum. It's amazing for me.
Walau awalnya Rangga melarang Hanum, namun dengan kebijaksanaannya Rangga memberikan kesempatan pada Hanum menjadi reporter dan bertemu idolanya di USA--mimpi yang sempat Hanum kubur dari lama. Rangga yang begitu sabar menemani Hanum, saat itu juga membatalkan keberangkatannya ke Vienna dan berbohong pada Hanum bahwa Professornya memberikan perpanjangan waktu untuk tinggal lebih lama di USA. How amazing Rangga!
Hanum dan Rangga menjalani hari-hari mereka di negara yang minoritas muslim tersebut. Rangga begitu sabar menemani dari ke hari, hingga pada akhirnya terjadi berbagai konflik batin, Hanum mulai melupakan kewajibannya sebagai seorang istri menurut pandangan Rangga, dan mengharuskan Hanum dihadapkan oleh pilihan-pilihan yang sulit di hidupnya.
"Hanum, seperti yang kamu katakan, setiap kita mempunyai hak atas pilihan hidup kita, maka biarkan aku menentukan pilihan hidupku dan kamu memilih pilihan hidupmu. Aku tidak akan memaksamu untuk ikut bersamaku ke Vienna, sudah cukup kamu berkorban banyak untukku. Maka, aku izinkan kamu untuk mewujudkan mimpimu di negara ini."
Aku tahu betapa hancurnya hati Hanum ketika mendengar kata-kata di atas. Ga cuma Hanum, aku yang hanya menyaksikan dari jauh saja udah hancur dan speechless banget. it's hard.
"Karena mimpi terbesarku adalah menjadi bagian dari mimpimu, Rangga!", kurang lebih inilah yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Hanum. (*walau sebenernya aku yang mau bilang itu ke Rangga. wkwkkw :v)
Seegois-egoisnya Hanum, setinggi-tinggi mimpinya Hanum, mimpi terbesarnya Hanum adalah tetap Rangga; Yap! menjadi bagian dari mimpi Rangga.
Pun, seambisius-ambisiusnya perempuan, sekuat-kuatnya perempuan... hakikatnya mereka hanya mahkluk lemah yang selalu butuh dikuatkan dan diyakinkan. Bukan ditinggalkan.
Perempuan unik, bukan?
Kalau misalnya perempuan "diam dan meneteskan air mata" ketika dihadapkan oleh 2 pilihan yang sulit di hidupnya, itu artinya jangan paksa dulu untuk memilih, perempuan butuh berpikir, yang pemikirannya itu kompleks pada berbagai aspek. Ia butuh berdamai dulu dengan perasaannya, karena ketika ia memutuskan detik itu juga... Sudah bisa dipastikan ia menuruti perasaan dan egonya, bukan lagi logikanya. Mungkin, hanya satu hal ini yang belum dipahami seutuhnya oleh Rangga, meskipun sejatinya Rangga amat sangat memahami karakter Hamun, istrinya.
Jika yang dipilih oleh 'perempuanmu' tak sesuai dengan hatimu, maka berikanlah gambaran tentang apa yang ia nginkan, berikanlah ia keyakinan, bukan memaksanya untuk menentukan pilihan. Cukup percaya bahwa perempuan dengan tipe-tipe Hanum adalah perempuan paling setia. Setinggi apapun egonya, setinggi apapun mimpinya, pasti akan bersedia untuk melakukan apa saja untuk seseorang Rangga yang dicintainya.
Akan tetapi, berilah waktu Hanum untuk menyelesaikan, jangan langsung memaksakan untuk suatu pilihan yang amat sangat sulit dipilih perempuan seperti Hanum. Walau di hati yang terdalam... Mimpi terbesar hanum adalah hanya untuk membahagiakan Rangga dan kalau disuruh memilih sudah pasti akan memilih Rangga--tapi tidak dengan situasi yang sangat genting di film ini. Sebab, sungguh... Perempuan butuh waktu 'berpikir' untuk menyelesaikan dengan caranya.
Tentang seberapa besarnya cinta Hanum untuk Rangga, agaknya tak perlu ditanya. Telah terbukti sedari lama, Hanum rela berkorban sekian lama untuk Rangga, hanya saja Rangga kurang 'peka' bahwa semua yang dilakukan Hanum dengan mimpinya adalah untuk Rangga, untuk membahagiakan Rangga dengan caranya.
Maka ketika memberikan pilihan, cobalah bertanya pada perempuan... bagaimanakah pilihan hatinya? Jangan menghakimi perasaannya, pilihan yang sulit hanya akan meremukkan perasaannya, makanya endingnya pasti akan pergi dan nangis.
Pernah ga perhatiin Adik atau kakak perempuanmu di rumah yang ketika kena marah atau ditanya-tanya sama orangtuamu tapi ga ngejawab--malah nangis dan lari ke kamar? Ya begitulah karakternya, perasaan mereka lembut, mereka ga mungkin ngelawan apa yang dibilang oleh orang yang dicintainya dan ga mungkin memilih satu diantara 2 pilihan yang tak mampu ia putuskan sendirian. Untuk tiap pilihan yang amat sangat sulit untuk dipilih, perempuan hanya perlu diyakinkan...
It's remind me ketika diminta memilih pilihan sulit di tahun 2015. Qadarullah.... Untuk pilihan berat yang kupilih di tahun 2015, saat itu ada Bang Diki yang meyakinkan... bahwa 'Bintang kecil yang ia sayangi akan tetap bersinar di langit manapun... dan sinarnya akan tetap bisa dibagikan di sudut bumi manapun, yang bersinar tanpa menyilaukan mata siapapun.'
Kami tidak begitu dekat, namun abang selalu ada untuk mendukung dan meyakinkan atas tiap mimpi-mimpi 'gila'ku, tentunya juga ada ayah dan ibu, but... saat itu abang yang rasanya paling bisa menenangkanku dan meyakinkanku.
|
Moment Kelulusan SMA, 2015 |
|
First Fligt dan dianter Abang ke Bandara, 2016 |
Foto di atas ini adalah flight pertamaku setelah memilih satu diantara pilihan yang amat sangat berat bagi siswa SMA kala itu--yang aku kira, aku takkan bisa lagi menembus gumpalan-gumpalan awan, yang aku kira mimpi-mimpiku takkan bisa lagi kuperjuangkan, yang aku kira hari-hariku hanya akan dihiasi oleh perih dan penyesalan. Nyatanya itu hanya ilusi-ilusi yang diciptakan oleh perasaan 'perempuan'. Qadarullah, ketika abang berhasil meyakinkanku tentang pilihan yang lebih baik untuk diambil, atas izin Allah segalanya berubah, bertolak belakang dari kekhawatiran yang sempat terpikir.
*Tentang cerita ini... suatu saat akan kuceritakan padamu yang bersedia untuk mendengarkan dengan sabar.
Setelah menonton film yang lagi booming2nya saat ini, benar-benar melempar ingatanku pada kejadian beberapa tahun lalu dan membuka pola pikirku sebagai seorang perempuan.
Bagi seorang laki-laki, mungkin karakter seorang Hanum sangat membingungkan. But, kurang lebih itu menggambarkan karakter perempuan pada umumnya. Unik, dan butuh penangan khusus untuk menahklukkannya. *tsaahhh :p
Ktika 'perempuanmu' pergi, kamu jangan ikutan pergi, sebenarnya dia sangat membutuhkanmu. Hhmm... hhmm... bingung kan ya? Pergi salah dan ga pergi salah juga. wkwkkw :v
Yap, begitulah perempuan, unik. Yang gabisa cuma dalam waktu sekejap untuk memahaminya. Ketika kamu paham dengan sikapnya yang unik ini, sudah bisa dipastikan seluruh hidup dan matinya hanya untukmu (*bagi yang halal tentunya :p).
Maka sungguh, Rasulullah SAW adalah teladan terbaik dalam memperlakukan perempuan, cara Rasulullah SAW mendidik Bunda Khaddijah--sang Ratu Makkah--yang rela mengorbankan segalanya untuk Rasulullah yang dicinta, cara Rasulullah menenangkan Bunda Aisyah ketika rasa cemburu menghampiri sang Bunda, dan cara-cara istimewa lainnya yang dilakukan Rasulullah dalam memperlakukan wanita.
Dari Abu Hurairah R.A berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Berpesan baiklah terhadap para wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang paling atas. Jika engkau paksa meluruskannya dengan kekerasan akan patah dan jika engkau membiarkannya pasti akan tetap bengkok, oleh karenanya berpesan/berbuat baiklah terhadap para wanita”. (Hadits Sahih Riwayat Bukhari dan Muslim)
Teruntuk Laki-laki...
Tidak, tidak wajib bagimu untuk menjadi sesempurna Rasulullah SAW. Paling tidak, pahamilah bagaimana cara Rasulullah memperlakukan wanita. Dan cobalah untuk mulai memahaminya.
Teruntuk wanita... sadarilah kedudukan dan kodrat kita dalam berbagai situasi yang ada.
Intinya saling memahami satu sama lain.
#selfreminder
Nb :
Akhir cerita... Terima kasih untuk orang-orang yang telah 'mewajibkan' aku menonton ini yang katanya "'I see you in Hanum!', jadi you harus nonton. Wajib!".
Haduh... semakin penasaran kan ya, kaya apa sih sosok Hanum yang diceritakan. wkwkwk
Qadarullah... Kemarin Allah kasih kesempatan for the first time masuk bioskop (berasa norak banget gue :v hahaha).
Alhamdulillah Allah kasih kesempatan untuk menuai hikmah dari film yang ditonton.
Honestly, aku lebih suka baca buku sih daripada nonton kayanya :v Feel baca buku lebih kerasa dari pada nonton.
Tapi kalau ada lagi film-film yang kaya gini, maybe bakal tertarik lagi untuk nonton, dengan catatan harus baca bukunya dulu,kalau film itu diangkat dari buku.