Pada(mu) Senja(ku)
By : Dinni Ramayani
Pada senja, ada yang lebih memilih untuk berjalan surut,
mengikhlaskan engkau hanyut bersama larut.
Karena,
mendekati jinggamu adalah hal yang ditakut.
Bukan,
bukan karena pesonamu yang buruk.
Namun,
kilaumu terlalu indah untuk diturut.
Itulah mengapa,
mulut ini sering terkatup.
Karena pesona jinggamu yang membuat takjub.
Maka,
biarlah sapa bercengkrama dalam denyut.
Biarkanlah tersimpan rapi dalam doa dan sujud.
Sungguh, kuasa Penciptamu lebih membuatku tertunduk.
*Senja, 11 Oktober 2017